Are you over 18 and want to see adult content?
More Annotations
![A complete backup of www.gloryholeswallow.com](https://www.archivebay.com/archive5/images/96a25531-f410-464f-9258-089691b60b88.png)
A complete backup of www.gloryholeswallow.com
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of www.amateuralbum.net](https://www.archivebay.com/archive5/images/f3ad365b-0d0f-4af8-9898-02cae2cf4aa8.png)
A complete backup of www.amateuralbum.net
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of www.planetsuzy.org](https://www.archivebay.com/archive5/images/36872b13-6254-4c50-8a4b-45cfb6545d54.png)
A complete backup of www.planetsuzy.org
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of www.quartier-rouge.be](https://www.archivebay.com/archive5/images/e395b6d5-3fde-4cef-bc2a-67fd83337f72.png)
A complete backup of www.quartier-rouge.be
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of www.overthedesk.com](https://www.archivebay.com/archive5/images/cc6d4dba-e005-4039-8b32-76e28ae78310.png)
A complete backup of www.overthedesk.com
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of www.coedcherry.com](https://www.archivebay.com/archive5/images/7af71bd1-c20c-45e8-be60-0455950d66a8.png)
A complete backup of www.coedcherry.com
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of travestismexico.com](https://www.archivebay.com/archive5/images/e9d5b1bc-bab7-45f0-8aed-63b8659890af.png)
A complete backup of travestismexico.com
Are you over 18 and want to see adult content?
Favourite Annotations
![A complete backup of diydekoideen.com](https://www.archivebay.com/archive2/e36f2a6e-8a99-4c1d-b2d9-951fa2bea6d8.png)
A complete backup of diydekoideen.com
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of idownloadringtones.info](https://www.archivebay.com/archive2/e48a0d1a-7027-4cf1-a6da-82bf385e4dda.png)
A complete backup of idownloadringtones.info
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of consolidation.store](https://www.archivebay.com/archive2/bc24380b-ce1c-44e9-bb12-1d1fc3edc72c.png)
A complete backup of consolidation.store
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of jewellerynet.com](https://www.archivebay.com/archive2/13b465ee-faa7-4160-850f-e7cb8871f36f.png)
A complete backup of jewellerynet.com
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of pishposhbaby.com](https://www.archivebay.com/archive2/43762201-4f18-428e-a158-69841b29dc17.png)
A complete backup of pishposhbaby.com
Are you over 18 and want to see adult content?
![A complete backup of schwarzmanscholars.org](https://www.archivebay.com/archive2/b34a9528-79b2-499a-b620-bf0042f8f59d.png)
A complete backup of schwarzmanscholars.org
Are you over 18 and want to see adult content?
Text
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda DadiARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangSAWER WULUNG_9
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda DadiARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangSAWER WULUNG_9
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi STSD-26 | GAGAKSETA-2 On 12/09/2020 at 20:40 P. Satpam said: STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak meminta tolong. STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman. STSD-23 | GAGAKSETA-2 STSD-23. Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukungMbah Man
ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahuGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-23 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman. STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-32 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang STSD-31 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang)GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-32 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang STSD-31 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang)BENDE MATARAM
trima kasih buat yg punya tempat ini, krn dah mau bagi2 cerita jawa tempo dulu, ini yg dicari sama ayahku, beliau minta dicariin cerita bende mataram, lah empunya tempat ini baik hati banget ngasih2 gratisan gini, minta ijin sedot filenya, trima kasih skali lg trima kasih, ayahku bisa bernostalgia dgn cerita ini lg, dmana bukunya dah sulit klo pun da harganya bikin pening kpala hehehe, matur suwun SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi STSD-30 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-29 | Lanjut ke STSD-31 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NAGA SILUMAN SAWER WULUNG Seri 1 Jilid 1-8 dari koleksi Ki ismoyo, Jilid 9-11 sumbangan dari Nyi Dewi KZ Seri 2 Jilid sumbangan dari Nyi Dewi KZ STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-23 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahuGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-22 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Matur Nuwun mas. Satpam, ki ismoyo,sw 22 sampun berhasil.kagem kadang GS, monggo dipun download.. PEDANG SAKTI TUNGGUL WULUNG Rontal ini sumbangan dari Ki Truno Prenjak. Judul: Pedang Sakti Tunggul Wulung Karya : Herman Pratikto Penerbit: Badan Penerbit CV Muria, Jodjakarta terbitan pertama tahun 1968 PSTW-Jilid 1 , PSTW-Jilid 2, PSTW-Jilid 3, PSTW-Jilid 4, PSTW-Jilid 5 STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 STSD Jilid 23. Bagian 1. KI GEDE yang melihat putrinya dalam kesulitan segera melangkah mendekat. Namun prajurit berwajah kasar itu telah membentak, “Diam di tempatmu atau aku pluntir kepalamu sampai patah!”. Bergetar dada Ki Gede mendapat perlakuan seperti itu. Namun ketika dia sempat berpaling ke arah Ki Rangga, tampak Ki Ranggamemberi
SAWER WULUNG _1
Alhamdulillah akhirnya bisa Download Juga..saya sudah coba convert ke dalam PDF dengan program DJVU to PDF EBOOK sayang ukurannya menjadi lebih besar,sekitar 23MB..Matur Nuwun Sampun Di Upload,ini adalah salah satu serial Cersil yang paling saya tunggu TADBM-415 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 15 (Jilid 415) Bagian 1 TANPA sadar Ki Demang menatap tajam ke arahnya sehingga dengan cepat orang itu menundukkan wajahnya. “Baiklah,” akhirnya Ki Demang tidak dapat mengelak lagi walaupun dengan NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takut TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.GAGAKSETA-2
MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIASTSD-27
BAGIAN 2
“Maharsi menantang hamba untuk menemukan ujud semunya!” “He?” kembali Kanjeng Sunan terkejut. Dengan wajah yang sedikit keheranan Kanjeng Sunan pun kemudian beratnya, “Bukankah Maharsi tidak mengetrapkan ilmu semu di hadapan ujud semu Ki Rangga? Mengapa dia menantang Ki Rangga untuk menemukan ujud semunya?” “Hamba Kanjeng Sunan,” jawab Ki Rangga, “Hamba juga merasa heran. Namun ternyata Maharsi segera duduk bersila sambil memusatkan segenap nalar dan budinya. Sejenak kemudian tubuh Maharsi membeku bagaikan patung batu. Bahkan nafasnya pun telah terhenti. Hamba tidak mengetahui ilmu apa yang sedang ditrapkan oleh sang Maharsi.” Untuk sejenak Kanjeng Sunan termenung. Ingatannya segera melayang ke kejadian berpuluh tahun yang lalu ketika dia diajak oleh ayahandanya Kanjeng Sunan Kali untuk mengembara ke tempat-tempat yang belum pernah dijamah manusia. Juga berkelana ke gunung-gunung dan goa-goa untuk menemui para resi dan pertapa. “Ki Rangga,” berkata Kanjeng Sunan kemudian setelah sejenak keduanya terdiam, “Di Tanah Jawa ini memang terdapat bermacam-macam ilmu yang aneh-aneh. Memang aku pernah mendengar dari ramanda Kanjeng Sunan Kali tentang ilmu itu. Ilmu yang dapat membuat seseorang seolah olah telah mati dan entah kemana sebenarnya nyawanya itu pergi. Tapi percayalah Ki Rangga, selama kita berpedoman Kitab Suci dan Kitab tuntunan Junjungan kita, kita tidak akan pernah tersesat jalan.” Untuk kesekian kalinya kepala Ki Rangga terangguk angguk. Namun dari raut wajahnya masih terlihat sesuatu yang ingin disampaikan. Agaknya Kanjeng Sunan tanggap. Maka tanyanya kemudian, “Bagaimana akhir dari tantangan Maharsi itu? Apakah Ki Rangga berhasil memecahkanrahasianya?”
Ki Rangga menggeleng. Jawabnya kemudian, “Ampun Kanjeng Sunan, hamba tidak mampu mencari di mana tempat persembunyian ujud semu Maharsi. Akhirnya hamba memutuskan untuk membawa wadag Maharsi ke laut selatan dan meletakkannya di dalam goa Langse.” Tiba-tiba Kanjeng Sunan tertawa pendek. Berkata Kanjeng Sunan kemudian setelah tawanya reda, “Ki Rangga tentu mempunyai persangkaan Maharsi tidak akan menggangu Glagah putih kembali jika dia terbangun dari semedinya karena sudah berada jauh di pantai laut Selatan,” Kanjeng Sunan berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Ketahuilah Ki Rangga, Maharsi pun mempunyai kemampuan melipat bumi untuk mempersingkatperjalanannya.”
Berdesir jantung Ki Rangga. Dengan demikian Glagah Putih belum dapatdikatakan aman.
Namun Kanjeng Sunan agaknya dapat meraba jalan pikiran Ki Rangga. Maka katanya kemudian, “Jangan khawatir Ki Rangga. Jika Maharsi mempunyai kemampuan melipat bumi, bukankah engkau juga telah aku ajarkan sebuah doa untuk mempercepat perjalananmu? Nah, apalagi yang engkau risaukan. Jika Ki Rangga khawatir Maharsi akan mendatangi Matesih lagi, aku yakin Maharsi pun juga khawatir jika Ki Rangga akan muncul lagi diMatesih.”
Diam-diam Ki Rangga telah bernafas lega. Apa yang dapat dilakukannya sekarang ini adalah memperbanyak doa dan ibadah berserah diri kepadaPenciptanya.
“Nah, mumpung hari masih pagi. Aku akan ke kotaraja untuk menemui Ki Patih Mandaraka,” berkata Kanjeng Sunan kemudian memecah kesunyian, “Hari ini adalah persiapan terakhir untuk penobatan Raja baru di Mataram. Jika Yang Maha Agung mengijinkan, setelah Matahari terbit esok hari, Mataram sudah mempunyai Raja baru.” Berdesir dada Ki Rangga mendengar penjelasan Kanjeng Sunan. Ada niat untuk bertanya permasalahan yang timbul seputar rencana penobatan Raja Mataram yang baru. Namun pertanyaan yang sudah berada di ujung bibirnya itu ditelannya kembali. “Biarlah itu menjadi urusan Ki Patih dan Kadang Sentana Istana,” membatin Ki Rangga sambil tetap menundukkan wajahnya dalam-dalam, “Yang terpenting bagiku sekarang ini adalah keselamatan GlagahPutih.”
“Mungkin sampai besuk pagi aku belum kembali ke Gunung Muria,” berkata Kanjeng Sunan kembali, “Aku hanya berpesan sekali lagi kepada Ki Rangga. Kesungguhanmu dan kesabaranmu akan menentukan terkabul tidaknya permohonanmu kepada Yang Maha Agung.” Selesai berkata demikian Kanjeng Sunan segera berdiri, Ki Rangga pun kemudian ikut berdiri. Seorang santri yang sedari tadi duduk di tlundak dekat pintu segera bergegas menghadap Kanjeng Sunan. “Mohon petunjuk Kanjeng Sunan,” berkata santri itu kemudian sambil merangkapkan tangan di depan dada dan membungkuk dalam-dalam. Kanjeng Sunan tersenyum sambil berkata, “Aku akan ke kotaraja. Mungkin sampai besuk. Ki Rangga akan tetap di pesantren ini.” “Sendika Kanjeng Sunan,” berkata santri itu kemudian sambil memberi isyarat Ki Rangga untuk mengikutinya meninggalkan tempat itu. Setelah mengucapkan salam dan kemudian dijawab oleh Kanjeng Sunan, Ki Rangga pun bersama santri itu segera meninggalkan masjid pesantren. Sedangkan Kanjeng Sunan segera ke rumah induk untuk persiapan berangkat ke kotaraja.***
Dalam pada itu di ndalem Purabayan, tampak tiga orang dengan tergesa gesa memasuki regol. Para prajurit yang sedang berjaga pun dengan sigap telah menghentikan mereka. “Kalian siapa?” bertanya salah satu prajurit itu sambil mengamat amati ketiga orang yang berdiri di hadapannya. Ketiga orang itu mengenakan pakaian orang kebanyakan sehingga sulit bagi prajurit penjaga itu untuk mengenali mereka. “Kami dari samodra,” jawab salah satu dari ketiga orang itu yang terlihat sudah cukup tua, “Kami membawa ikan sura untuk dipersembahkan kepada Pangeran Purbaya.” Prajurit itu tampak sedikit terkejut. Bahasa yang digunakan oleh salah satu tamu itu adalah bahasa sandi. Maka katanya kemudian, “Tunjukkan ikan sura itu kepada kami!” Dua orang yang terlihat masih muda segera menyingkap baju mereka. Tampaklah mereka memakai sebuah ikat pinggang dengan timang bergambar ikan sura sedang menggigit sebuah keris. Sebuah keris yang diberi namakeris samodra.
“Masuklah!” berkata prajurit jaga itu kemudian sambil bergeser. Tanpa membuang waktu ketiga orang itu segera melangkah memasuki halaman ndalem Purabayan yang sangat luas. Sepeninggal ketiga orang itu, tampak kening prajurit yang mencegat ketiga orang itu tadi berkerut merut. Tanpa sadar dia berpaling ke arah kawannya yang berdiri di sebelahnya. “Ada apa?” bertanya kawannya kemudian. “Sepertinya aku mengenal salah satu dari mereka,” desis prajurit itu perlahan lahan sambil mencoba mengingat ingat wajah salah satu dari ketiga orang itu. Kawannya jadi ikut termenung. Namun katanya kemudian, “Prajurit dari kesatuan Wira Jala Pati sangat banyak. Aku tidak mengenal mereka satu persatu kecuali mereka memakai seragam dan tanda-tandakeprajuritan.”
“Tetapi rasa rasanya yang agak tua tadi aku mengenalnya,” sahut prajurit itu kemudian, “Seandainya dia tadi dalam seragam keprajuritan, tentu akan lebih jelas siapa dia sebenarnya.” Kawannya tidak menanggapi lagi. Ditinggalkan prajurit itu berdiri termangu-mangu di dekat regol. Dalam pada itu, begitu ketiga orang itu melintasi halaman, seorang pelayan dalam telah tergopoh gopoh menyambut mereka dan langsung mengantarkan ke serambi samping. Di sana Pangeran Purbaya sudahmenunggu.
“Naiklah!” perintah Pangeran Purbaya begitu melihat ketiga orang itu berjalan mendekat. Ketiga orang itu pun serempak menghaturkan sembah sebelum menaiki tlundak dan kemudian duduk dengan kepala tunduk menghadap putra Panembahan Senapati yang tertua setelah Raden Rangga meninggal. Sejenak suasana sepi. Pangeran Purbaya belum memberikan titah. Hanya suara burung-burung yang mulai bernyanyi menyambut pagi. Dlupak yang masih menyala tampak terayun ayun tertiup angin lembut pagi itu. “Ki Tumenggung Tirtayudha,” berkata Pangeran Purbaya kemudian memecah kesepian, “Waktu kita sangat singkat. Besok adalah hari penobatan Raja Mataram yang baru. Segala sesuatunya dapat saja terjadi sesuai rencana atau justru kebalikannya. Namun kita tetap tegak lurus pada cita-cita bersama. Menjadikan Mataram ini kerajaan yang besar, disegani kawan maupun lawan.” “Sendika Pangeran,” jawab orang yang terlihat paling tua yang ternyata adalah Tumenggung Tirtayudha. Tampak Kanjeng Pangeran Purbaya terangguk angguk. Berkata Pangeran Purbaya selanjutnya, “Pagi ini sebelum Matahari benar-benar terbit, seluruh kesatuan-kesatuan pasukan sudah harus berkumpul di alun-alun, kecuali kesatuan pasukan khusus yang berkedudukan di Menoreh,” Pangeran Purbaya berhenti sejenak. Tanyanya kemudian sambil memandang ke arah Tumenggung Tirtayudha, “Apakah keberadaan Senapati pasukan khusus Ki Rangga Agung Sedayu sudah diketahui?” Tampak Ki Tumenggung Tirtayudha sedikit membungkuk dan merangkapkan kedua tangan di depan hidung sambil menjawab, “Ampun Kanjeng Pangeran. Kami sudah berusaha menghubungi Pangeran Pati melalui abdi dalem. Namun belum ada jawaban yang memuaskan.” Untuk sejenak terlihat wajah Pangeran Purbaya termenung. Katanya kemudian, “Menurut panggraitaku, ketidak hadiran Ki Rangga Agung Sedayu esok hari tidak akan mengubah rencana kita. Dengan tidak hadirnya Ki Rangga, aku yakin pasukan khusus itu sudah mampu kita jinakkan di kandangnya. Itu memang lebih baik dari pada pasukan khusus itu pada akhirnya digunakan oleh pihak lain yang berseberangan dengan kepentingan kita.” Kembali tampak kepala ketiga orang itu terangguk angguk. “Nah, sekarang aku ingin mendengar laporan pengerahan kekuatan pasukan di alun-alun itu,” berkata Kanjeng Pangeran Purbayaselanjutnya.
Kembali Ki Tumenggung Tirtayudha membungkukkan punggungnya sambil menyembah. Katanya kemudian, “Ampun Pangeran. Seluruh kekuatan sudah kami kerahkan melalui pimpinan kesatuan masing-masing. Kesatuan Manggala Sraya yang bertugas menjaga keamanan kota telah menyebar ke setiap sudut kota untuk mengamankan kotaraja. Sisanya ikut bergabung di alun-alun. Kesatuan Wira Jala Pati telah kami serahkan kepemimpiannya kepada dua orang Rangga yang menjadi bawahan kami. Kesatuan Wira Tamtama sebagai pasukan penggempur pun juga telah bergerak ke alun-alun menjelang subuh tadi sebelum kami berangkatmenghadap.”
Tampak kepala Pangeran Purbaya terangguk anggukkembali.
Bertanya Pangeran itu kemudian, “Bagaimana dengan kesatuan Nara Manggala? Apakah mereka ikut berkumpul di alun-alun?” “Ampun Pangeran, kesatuan Nara Manggala menolak untuk ikut campur. Mereka lebih mementingkan keselamatan calon Raja yang akan diwisuda besuk pagi. Kesatuan Nara Manggala itu telah dipecah menjadi dua bagian. Satu bagian melindungi istana Kanjeng Ratu Lungayu dan yang lainnya bertugas menjaga di istana Kanoman, istana Raden MasWuryah.”
Terdengar Pangeran itu menghela nafas panjang, kesatuan Nara Manggala memang sangat sulit untuk diajak bekerja sama. Mereka mempunyai tugas khusus yang tidak dapat diganggu gugat, melindungi Raja dankeluarganya.
“Baiklah,” berkata Pangeran Purbaya kemudian sambil mengangguk-angguk, “Kesatuan Nara Manggala memang tidak ikut campur dalam keributan ini. Namun aku percaya, siapapun nantinya yang akan menduduki singgasana, akan mendapat pengawalan ketat dan pengamanan yang kuat dari kesatuan Nara Manggala.” Ketiga orang itu pun tampak mengangguk-anggukkan kepala merekakembali.
“Bagaimana dengan pasukan berkuda Mataram, Ki Tumenggung?” bertanya Kanjeng Pangeran Purbaya selanjutnya. “Ampun Pangeran. Pasukan berkuda Mataram akan diberangkatkan dari barak mereka menjelang Matahari terbit nanti. Agar derap kaki kuda-kuda itu tidak mengganggu para penghuni kotaraja,” jawab KiTumenggung.
Tampak Kanjeng Pangeran Purbaya kembali terangguk angguk. Sejenak suasana menjadi sunyi. Sementara suara kicau burung-burung pun semakin ramai menjelang gagat rahina. “Ki Tumenggung,” berkata Pangeran Purbaya kemudian, “Kita harus mencegah sejauh jauhnya pertumpahan darah yang mungkin bisa terjadi besok di kotaraja. Pertempuran yang tidak perlu terjadi dan perselisihan yang seharusnya dapat dihindari.” Tampak Ki Tumenggung hanya menghaturkan sembah. Menunggu Kanjeng Pangeran Purbaya meneruskan titahnya. “Aku akan mencoba mencari jalan terbaik,” berkata Kanjeng Pangeran Purbaya selanjutnya, “Perang saudara ini memang harus dicegah. Pihak yang berdiri di belakang Kanjeng Ratu Lungayu memang harus disadarkan bahwa kekuatannya tidak akan menyamai kekuatan Mataram.” Tampak kening Ki Tumenggung Tirtayudha berkerut sejenak. Tanyanya kemudian sambil menyembah, “Ampun Pangeran, apakah yang Pangeran maksudkan itu kekuatan Panaraga?” “Benar Ki Tumenggung,” sahut Kanjeng Pangeran Purbaya cepat, “Untuk itulah aku telah mengumpulkan kesatuan-kesatuan pasukan yang ada di kotaraja pagi ini di alun-alun. Aku harap dengan hadirnya pasukan segelar sepapan di alun-alun akan membuat orang-orang Panaraga berpikir seribu kali untuk memaksakan kehendak mereka.” Tampak kepala ketiga orang itu terangguk angguk. “Nah, pengerahan pasukan di alun-alun pagi ini telah terlaksana dan aku sendiri yang akan hadir di sana setelah Matahari terbit,” Pangeran Purbaya berhenti sejenak. Lanjutnya, “Namun masih ada satu hal lagi yang harus kita kerjakan. Aku minta prajurit dari kesatuan Jalamangkara untuk melaksanakan perintah khusus ini.” Serentak dua orang pemuda yang mendampingi Ki Tumenggung Tirtayudha segera menghaturkan sembah. “Sendika Pangeran. Kami siap menjunjung tinggi titah Pangeran,” jawab salah satu pemuda yang terlihat sangat tegap dan berbadantinggi.
“Bagus!” sela Pangeran Purbaya kemudian, “Aku minta kalian berdua membagi tugas. Tugas ini dapat dikatakan mudah, namun juga dapat dikatakan sangat sulit.” Ketiga orang itu menjadi berdebar debar. Mereka bertiga belum dapat menduga tugas apakah kiranya yang akan mereka lakukan. Tiba-tiba Pangeran Purbaya itu bertepuk tangan dua kali. Tidak begitu keras namun telah dapat didengar oleh seorang pelayan dalam yang sedang duduk menunggu perintah di bawah tangga serambi. Dengan cepat pelayan dalam itu menaiki tlundak serambi dan kemudian dengan jongkok berjalan mendekat. Setelah menghaturkan sembah dia segera duduk di belakang ketiga orang itu dengan kepala tunduk. “Ambilkan panji-panji yang sudah aku siapkan di ruang dalam!” berkata Pangeran Purbaya kemudian. Tanpa berkata sepatah katapun pelayan itu segera bangkit dari duduknya. Setelah menyembah terlebih dahulu, pelayan itu pun dengan berjalan terbungkuk bungkuk hilang di balik pintu. Sejenak kemudian dia sudah kembali dengan membawa beberapa buah panji-panji kecil yang diikat pada tangkai paser-paser kecil. Setelah menyerahkan panji-panji kecil itu, pelayan dalam itu pun segera undur diri kembali ke tempatnya di tlundak serambi. Sekilas tampak panji-panji itu berupa secarik kain berwarna merah darah dengan sebuah lukisan sebilah keris berwarna putih. Tidak ada seorang pun dari ketiga orang itu yang mengerti arti dari simbol dalam panji-panji itu. Namun di bawah lukisan keris itu tertera beberapa buah kata yang tidak begitu jelas. “Nah!” berkata Pangeran Purbaya kemudian sambil menunjukkan panji-panji itu kepada ketiga orang yang duduk di hadapannya, “Aku minta kalian berdua, prajurit dari kesatuan Jalamangkara, letakkan panji-panji ini di dalam bilik para pemimpin pasukan dari Panaraga. Kalian harus mampu meletakkan panji-panji ini tanpa sepengetahuanmereka.”
Berdesir dada ketiga orang itu, terutama kedua prajurit dari kesatuan Jalamangkara. Tugas itu memang terdengar sangat mudah dan sederhana, namun pelaksanaannya benar-benar memerlukan taruhan nyawa. Jika mereka tertangkap tidak menutup kemungkinan mereka berdua akan dibunuh. “Pelaksanaan tugas ini aku serahkan kepada Ki Tumenggung Tirtayudha sebagai Panglima kesatuan Wira Jala Pati yang membawahi kesatuan kecil Jalamangkara,” berkata Pangeran Purbaya kemudian setelah menyerahkan panji-panji itu. Dengan tangan gemetar Ki Tumenggung pun kemudianmenerimanya.
“Kemudian yang sangat penting dari tugas itu adalah,” Pangeran Purbaya berhenti sejenak. Diamat amatinya wajah-wajah yang tegang dihadapannya. Lanjutnya kemudian, “Letakkan salah satu panji itu di pintu bilik Kanjeng Ratu Lungayu. Ingat di pintu bilik saja tidak didalam bilik.”
Bagaikan disambar petir ketiga orang itu terperanjat bukan buatan. Bahkan Ki Tumenggung segera beringsut ke depan sejengkal. Berkata Ki Tumenggung kemudian sambil menyembah, “Ampun Kanjeng Pangeran. Apakah tindakan itu tidak terlalu deksura?” Tampak Pangeran Purbaya tertawa pendek. Jawabnya kemudian, “Memang tindakan itu sangat deksura. Sengaja kita buat Kanjeng Ratu Lungayu berpikir seribu kali jika ingin Raden Mas Wuryah menduduki tahta. Dengan demikian Kanjeng Ratu akan meminta pertimbangan kepada kepala-kepala pasukan Panaraga yang telah hadir di dalam kotaraja. Sementara di dalam bilik para kepala-kepala pasukan itu juga telah kita letakkan panji-panji itu.” Terdengar ketiga orang itu menarik nafas panjang. Sebuah permainan yang mendebarkan, dan agaknya Pangeran Purbaya telah memperhitungkan akibat dari permainannya itu. “Aku yakin kalian berdua akan mampu melaksanakan tugas ini,” berkata Kanjeng Pangeran Purbaya selanjutnya setelah sejenak mereka terdiam, “Namun akibat yang dapat ditimbulkannya pun sangat berat. Jika kalian berdua tertangkap, kalian jangan mengaku dari kesatuan Jalamangkara. Kalian harus mengingkarinya dan lebih baik dibunuh dari pada membuka rahasia.” Kalimat terakhir itu memang telah menggetarkan jantung kedua prajurit dari kesatuan Jalamangkara. Namun sebagai prajurit yang telah bersumpah setia kepada kesatuannya, nyawa pun akan mereka relakan jikaperlu.
“Nah, aku kira tugas yang aku perintahkan sudah jelas,” berkata Kanjeng Pangeran Purbaya kemudian, “Aku persilahkan jika masih adapertanyaan?”
Terlihat ketiga orang itu saling pandang. Ki Tumenggung Tirtayudha pun kemudian berkata, “Ampun Pangeran. Sepertinya sudah jelas dan kami sudah siap untuk melaksanakan titah Pangeran.” “Terima kasih,” berkata Pangeran Purbaya kemudian, “Usahakan malam ini semua tugas sudah dapat dilaksanakan. Esok hari setelah Matahari terbit kita akan segera melihat hasilnya.” Demikianlah ketiga orang itu segera mengundurkan diri. Setelah menyembah terlebih dahulu, ketiga orang itu pun segera bergeser mundur dan kemudian turun dari tlundak serambi. Sementara Kanjeng Pangeran Purbaya masuk ke ndalem ageng Purabayan.***
Dalam pada itu hari masih cukup pagi ketika Ki Gede bermaksud mengajak tamu tamunya makan pagi bersama di pringgitan. Para pelayan pun telah menyiapkan hidangan dibawah arahan Pandan Wangi. Sekar Mirah terpaksa tidak ikut bergabung karena Bagus Sadewa badannya tiba-tiba agakpanas.
“Mungkin anak ini mau tambah pinter,” berkata Pandan Wangi ketika menjenguk bilik Sekar Mirah. Diciumnya kedua pipi Bagus Sadewa yang gembil di gendongan Damarpati. “Semoga saja mbokayu,” sahut Sekar Mirah dengan nada sedikit khawatir. Disentuhnya kening anak laki-laki satu satunya itu, memang terasa hangat. Ketika Sekar Mirah kemudian menggenggam kedua tangan dan kedua kaki si kecil, terasa agak dingin dari biasanya. “Bagaimana ini mbokayu?” bertanya Sekar Mirah kemudian kepada Pandan Wangi dengan pandangan yang menyiratkan kekhawatiran. Maklum Sekar Mirah baru kali ini mempunyai anak sehingga belum mempunyai pengalaman sama sekali. Pandan Wangi yang ikut menyentuh bagian tubuh Bagus Sadewa juga telah mengerutkan keningnya. Namun putri satu satunya Ki Gede Menoreh itu segera tersenyum sambil menepuk pundak Sekar Mirah. Berkata Pandan Wangi kemudian, “Tenanglah Mirah. Aku juga mempunyai pengalaman demikian ketika Bayu Swandana masih bayi,” Pandan Wangi berhenti sebentar. Lanjutnya kemudian, “Aku akan ke dapur untuk meminta mbok yang ada di dapur membuatkan jamu agar panas anakmuturun.”
Sekar Mirah terkejut. Tanyanya kemudian dengan nada ragu-ragu, “Bagus Sadewa harus minum jamu?” Pandan Wangi tertawa. Jawabnya kemudian sambil melangkah pergi, “Engkaulah yang harus meminum jamunya. Nanti jamu itu akan bercampur dengan air susumu yang akan diminum oleh Bagus Sadewa.” “O,” desis Sekar Mirah sambil termangu-mangu di tengah-tengah pintu bilik mengawasi mbokayunya yang telah melangkah pergi. Ketika Pandan Wangi melintasi dapur, dengan segera didekatinya seorang perempuan yang rambutnya sudah putih semua. Katanya kemudian, “Mbok, anak Sekar Mirah badannya panas. Mungkin mbok dapat membuatkan jamu untuk menurunkan panasnya.” “Anakmas Bagus Sadewa badannya panas?” ulang si mbok itu sambil matanya yang setengah rabun menatap Pandan Wangi. “Ya, mbok. Keningnya panas tetapi kedua tangan dan kakinyadingin.”
“O, ya den ayu,” berkata si mbok sambil bangkit dari amben dan berjalan menuju ke para-para tempat menyimpan segala jenis empon-empon. Sedangkan Pandan Wangi pun melanjutkan langkahnya menujuke ruang tengah.
Sesampainya Pandan Wangi di ruang tengah, ternyata jamuan makan pagi hampir dimulai. Pandan Wangi pun segera duduk di sebelah Ki Gede. “Di mana Sekar Mirah?” bisik Ki Gede kepada puteri satu satunyaitu.
“Bagus Sadewa badannya agak panas,” balas Pandan Wangi juga dengan berbisik, “Tapi aku sudah meminta si mbok yang ada di dapur untuk membuatkan jamu penurun panas.” Ki Gede tersenyum sambil mengangguk-angguk. Berkata Ki Gede Menoreh kemudian kepada tamu tamunya, “Silahkan…, silahkan. Memang masih terlalu pagi, namun ada baiknya jika kita memerlukan mengisi perut terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan hari ini,” Ki Gede berhenti sebentar. Lanjutnya kemudian, “Mohon maaf kita makan seadanya. Pelayan dapur tadi belum sempat menangkap ayam. Ayam-ayam itu sudah keburu kabur dari kandangnya begitu Matahari terbit.” “Ah, tidak masalah bagi kami, Ki Gede,” sahut Ki Bango Lamatan sambil menyenduk nasi, “Sekarang ini aku jadi terbiasa makan tiga kali sehari. Padahal dahulu sebelum mengabdi di Mataram, aku makan tiga hari sekali.” “Ah,” orang-orang pun tertawa mendengar kelakar Ki Bango Lamatan. Demikianlah jamuan makan pagi itu berlangsung dengan meriah. Setelah semua piring dan mangkuk kotor di bawa ke dapur, beberapa orang pun pamit untuk turun ke halaman. “Silahkan kalau ingin berjalan-jalan melihat perdikan ini,” berkata Ki Gede Menoreh kemudian yang juga ikut bangkit berdiri mengikuti tamu tamunya. “Nyi, aku ingin berkuda melihat-lihat tanah perdikan Menoreh yang luas ini,” bisik Ratri kemudian yang telah berdiri di sisi Pandan Wangi, “Alangkah segarnya berkuda di pagi hari mengelilingi tanah pesawahan dan bukit-bukit yang menghijau.” Pandan Wangi tersenyum. Katanya kemudian, “Marilah aku temani berkuda berkeliling. Tapi jangan minta mampir ke kedai, hari masih terlalu pagi belum ada kedai yang buka.” “Bagaimana kalau kita ke pasar saja?” tiba-tiba sebuah pemikiran menyelinap dalam benak Ratri. “Ah, pasar di mana-mana sama saja,” sahut Pandan Wangi sambil tersenyum, “Jika engkau ingin ke pasar, bukan aku yang akan menemani, namun mbok yang ada di dapur itu yang akan menemanimu.” “Ah,” Ratri tertawa pendek. Katanya kemudian, “Baiklah Nyi. Jika Nyi Pandan Wangi tidak berkeberatan menemani, aku ingin melihat lihat tanah perdikan ini.” Orang-orang di ruang tengah yang sekilas mendengar percakapan antara Pandan Wangi dan Ratri itu telah tersenyum. Bahkan Ki Gede Menoreh telah berpaling ke arah Ki Gede Matesih sambil berkata, “Jika Ki Gede Matesih ingin bergabung, silahkan jalan-jalan mengitari tanah perdikan Menoreh. Mumpung hari masih pagi.” “Ah, rasa rasanya aku masih malas meninggalkan bilik,” jawab Ki Gede Matesih yang disambut gelak tawa, “Pagi ini begitu sejuk dan nyaman untuk kembali ke tempat tidur.” Kembali orang-orang yang berada di dalam ruangan itu tertawa. “Ternyata aku lah orang pertama yang akan meninggalkan Menoreh,” tiba-tiba Ki Bango Lamatan yang berdiri di dekat Ki Gede Menorehmenyela.
Orang-orang pun terkejut. Kini semua mata memandang ke arah Ki BangoLamatan.
Ki Gede Menoreh pun segera memegang tangan Ki Bango Lamatan sambil mengguncang-guncangnya. Bertanya Ki Gede Menoreh kemudian, “Mengapa begitu tergesa gesa Ki? Hari masih pagi. Nanti saja setelah _tengange_ Ki Bango Lamatan dapat bersiap-siap kembali ke Mataram.” Ki Bango Lamatan menggeleng. Jawabnya kemudian, “Maaf Ki Gede, aku harus segera kembali ke kotaraja. Keadaan kotaraja agak kurang tenang sehubungan dengan rencana penobatan Raja baru Mataram. Aku harus selalu berada di dekat Pangeran Pati untuk siap menunggu perintah.” Orang-orang di dalam ruang tengah itu pun hanya dapat menarik nafasdalam-dalam.
“Aku mohon diri,” berkata Ki Bango Lamatan kemudian sambil menjabat tangan semua orang yang berada di ruang tengah itu, kecuali Pandan Wangi dan Ratri. Kepada kedua perempuan itu Ki Bango Lamatan hanya memberi isyarat dengan merangkapkan kedua tangannya di depandada.
“Bukankah Ki Bango Lamatan akan berkemas terlebih dahulu?” bertanya Ki Gede Menoreh kemudian sambil mengikuti langkah-langkah Ki Bango Lamatan keluar dari ruang tengah itu. “Tentu saja Ki Gede,” jawab Ki Bango Lamatan dengan serta merta, “Namun aku tidak banyak membawa perbekalan, karena memang aku berencana hanya menginap semalam.” Orang-orang pun mengangguk-angguk. Demikianlah akhirnya mereka keluar dari kediaman Ki Gede Menoreh dan turun ke halaman. Ki Gede Matesih menyempatkan melihat-lihat halaman rumah Ki Gede yang luas ditemani Ki Gede Menoreh. Kedua pemimpin perdikan yang belum pernah bertemu sebelumnya itu sebentar saja sudah menjadi akrab. Keduanya berbicara apa saja tentang kedua daerah mereka. Sedangkan Pandan Wangi dan Ratri setelah berganti pakaian khusus segera menuju ke kandang kuda yang terletak di halaman belakang. Kuda-kuda Ki Gede Matesih dan rombongan sudah dipindahkan dari halaman samping ke kandang kuda di belakang. Namun alangkah terkejutnya kedua perempuan itu begitu mereka memasuki kandang, tampak seorang anak yang masih belum meninggalkan masa kanak-kanaknya sedang memberi makan seekor kuda yang tampak paling tegar di antara kuda-kuda yang berada di kandang itu. “Ngger, apa yang engkau kerjakan sepagi ini?” bertanya Pandan Wangi kemudian sambil mendekati anaknya. Bayu Swandana, anak yang sedang memberi makan kuda itu berpaling. Ketika dilihatnya Pandan Wangi berjalan mendekat bersama Ratri, segera dipalingkan kembali wajahnya. Ratri yang menyadari keterlanjurannya semalam segera mendekat dan berlutut di samping Bayu Swandana yang sibuk memberi makan kuda. Berkata Ratri kemudian, “Anak gantheng, maafkan bibi ya? Bibi memang nakal, tapi bibi sangat sayang sama Bayu Swandana.” Selesai berkata demikian Ratri segera mengulurkan tangannya. Namun Bayu Swandana masih berpura pura sibuk memberi makan kudanya. _Berkata Ratri kemudian, “Anak gantheng, maafkan bibi ya? Bibi memang nakal, tapi bibi sangat sayang…………._ “Ngger!” tegur Pandan Wangi kemudian, “Tidak baik menolak permintaan maaf seseorang. Bibi Ratri tidak pernah berbuat salah kepadamu. Dia hanya terlalu sayang saja sehingga telah membuatmumarah!”
Bayu Swandana menghentikan kegiatannya. Sambil berpaling ke arah ibunya dan Ratri berganti ganti, dia pun kemudian menjawab, “Bibi janji ya? Tidak akan menciumku lagi?” Ratri tersenyum melihat seraut wajah bulat dengan sepasang mata yang lucu. Hampir saja Ratri tidak kuat menahan diri untuk tidak menubruk kemudian memeluk dan menciumi pipi yang gembil itu. Namun dengan sekuat tenaga Ratri pun berusaha menahan hati sambil mengangguk. Jawabnya kemudian, “Ya, bibi berjanji tidak akan main serobot lagi. Tapi kalau bibi minta cium boleh?” “Nggak boleh!” setengah berteriak Bayu Swandana menyela. Namun Pandan Wangi segera menyentuh pundaknya sambil berkata, “Berlakulah sedikit sopan kepada bibi. Bibi ini sangat sayang dan sudah berjanji tidak akan mengganggumu lagi.” Bayu Swandana kembali menatap Ratri. Tangan Ratri yang teracu itu belum disambutnya. Ketika Pandan Wangi sekali lagi menggamit pundaknya, Bayu Swandana pun dengan sedikit ragu-ragu menerima ulurantangan Ratri.
Hampir saja Ratri tidak kuat menahan hati untuk menarik tangan kecil itu agar tubuh kecil yang agak gendut itu terjatuh dalam pelukannya. Namun Ratri kali ini berusaha untuk berdamai dengan Bayu Swandana. “Terima kasih, sayang,” berkata Ratri kemudian sambil berusaha mencium tangan Bayu Swandana. Namun cepat-cepat anak itu menariktangannya.
“Ah,” desah Ratri sedikit kecewa. Namun dia segera tertawa begitu Pandan Wangi tertawa. “Mau berlatih kuda, anak gantheng?” bertanya Ratri kemudian sambilbangkit berdiri.
“Ya,” sahut Bayu Swandana pendek sambil berpura pura sibuk memberi makan kudanya dengan rumput dari sebuah keranjang. “Sama siapa?” kembali Ratri bertanya mencoba menjalinpersahabatan.
“Kakek,” kembali anak itu menjawab pendek sambil tangannya tetap sibuk memberi makan kudanya. Ratri menarik nafas dalam-dalam sambil melemparkan pandangan matanya ke arah Pandan Wangi yang berdiri beberapa langkah di hadapannya. Pandan Wangi pun hanya tersenyum maklum. Ketika Pandan Wangi kemudian memberi isyarat untuk mengambil kuda, Ratri pun kemudian segera mencari kudanya dan menuntunnya keluar kandang. Sementara Pandan Wangi juga mengeluarkan kudanya. “Biyung mau kemana?” tiba-tiba Bayu Swandana bertanya begitu melihat ibunya berjalan menuntun kuda keluar kandang. “Berkuda berkeliling,” jawab ibunya tanpa berhenti. Bayu Swandana pun tidak bertanya lagi. Demikianlah setelah memasang pelana kuda masing-masing, kedua perempuan itu pun segera menuntun kuda-kuda mereka ke halaman depan. Di halaman depan ternyata Ki Bango Lamatan sedang berbincang bincang dengan kedua pemimpin perdikan itu bersama Kiai Sabda Dadi. “He? Kalian mau kemana?” bertanya Ki Gede Menoreh kemudian sambil berpaling ke arah kedua perempuan yang sedang menuntun kuda-kuda itu. “Ayah, aku akan mengantar Ratri keliling tanah perdikan Menoreh,” jawab Pandan Wangi sesampainya mereka di hadapan orang-orang tua itu. “O,” hampir bersamaan orang-orang tua itu tersenyum sambilmengangguk-angguk.
Tiba-tiba mereka yang berada di halaman itu dikejutkan oleh suara langkah-langkah kuda dari arah samping gandhok kiri. Sejenak kemudian dua ekor kuda yang sedang dituntun tampak memasuki halaman depan. Orang-orang yang berada di halaman itu pun terkejut kecuali Ki Gede Menoreh dan putrinya. Bukan dua ekor kuda itu yang membuat mereka terkejut. Akan tetapi salah satu penuntunnya adalah Bayu Swandana. Anak laki-laki satu satunya Pandan Wangi itu terlihat sudah begitu cakap menuntun kuda. Tidak ada rasa takut atau ragu-ragu sama sekali. Dia menuntun kuda selayaknya orang-orang dewasa menuntun kuda. Sedangkan yang seorang lagi adalah pembantu laki-laki Ki Gede Menoreh yang menyiapkan kuda Ki Bango Lamatan. “Terima kasih,” berkata Ki Bango Lamatan sambil menerima kendali kudanya. Pelayan itu pun membalas dengan anggukkan dan kemudian kembali ke halaman belakang. Sementara Bayu Swandana juga menyerahkan kendali kuda yang dibawanya kepada Ki Gede Menoreh. “Terima kasih, nak,” berkata Ki Gede Menoreh kemudian sambil menerima kendali kuda itu. Tanya kemudian, “Siapa tadi yang menyiapkan pelananya?” “Paman Naya,” jawab Bayu Swandana yang disambut senyum oleh kakeknya. Pelana kuda itu memang khusus dibuat agak panjang dan lebar sehingga dapat untuk berboncengan berdua. “Mari, kek. Kita segera berangkat!” seru Bayu Swandana kemudian sambil mengguncang guncang lengan kakeknya. “Baiklah. Tapi sebentar dulu. Kakek akan mengantar Ki Bango Lamatan pulang,” jawab kakeknya sambil mengelus kepala cucunya. “Pulang?” seru anak itu kemudian, “Pulang kemana?” “Tentu saja pulang ke rumahnya,” sahut Pandan Wangi cepat sambil tersenyum dan memandang ke arah Ki Bango Lamatan. Ki Bango Lamatan yang mendapat senyuman puteri Menoreh itu menjadi sedikit gugup. Apalagi ketika Ki Bango Lamatan menyadari bahwa puteri Menoreh itu adalah seorang janda. “Rumah paman di mana?” bertanya Bayu Swandana kemudian dengan polosnya yang membuyarkan lamunan Ki Bango Lamatan. Sejenak Ki Bango Lamatan menjadi bimbang tidak tahu harus menjawab apa. Namun akhirnya dengan tersenyum dia menjawab, “Paman tidak punya rumah. Paman menumpang di rumah seseorang di kotaraja. Paman bekerja di rumah orang itu.” “Bekerja di Kotaraja? Wah! Paman tentu orang yang kaya raya!” seru Bayu Swandana yang membuat orang-orang di sekelilingnya tertawa. “O, tidak, tidak!” jawab Ki Bango Lamatan cepat juga sambil tertawa, “Yang kaya raya itu orang yang memberi pekerjaan pada paman. Kalau paman orang biasa-biasa saja.” Bayu Swandana terlihat ingin bertanya lagi namun kakeknya segera berkata sambil mengelus kepala cucunya, “Sudahlah. Kita jadi berlatih kuda apa tidak?” “Jadi, kek. Harus jadi,” sahut Bayu Swandana dengan serta merta, “Mari kita berangkat, kek!” “Baiklah,” berkata Ki Gede Menoreh kemudian sambil berpaling ke arah Ki Bango Lamatan, “Agaknya kita dapat berangkat bersama sama sambil mengantar Ki Bango Lamatan sampai regol padukuhan terakhir dari tanah perdikan Menoreh.” Kemudian kepada Ki Gede Matesih, Ki Gede Menoreh pun kemudian berkata, “Mohon maaf tidak bisa menemani Ki Gede. Kami akan mengantar Ki Bango Lamatan terlebih dahulu.” “O, silahkan,” jawab Ki Gede Matesih. Kemudian sambil berpaling ke arah Ki Bango Lamatan dia meneruskan, “Terima kasih Ki Bango Lamatan yang telah sudi mengantar kami sampai perdikan Menoreh. Selamat jalan semoga sampai tujuan dengan selamat tak kurang suatu apa.” “Sama-sama, Ki Gede,” jawab Ki Bango Lamatan. Kemudian sambil berpaling ke arah Kiai Sabdadadi, pengawal pribadi Pangeran pati itupun tersenyum sambil berkata, “Terima kasih, Kiai. Kapan-kapan jika Kiai Sabdadadi ke kotaraja, sudilah kiranya untuk mampir ke tempatku. Dengan senang hati Kiai akan aku persilahkan menginap dibilikku.”
“Ah,” orang-orang pun tertawa. Berkata Kiai Sabdadadi kemudian, “Tapi aku takut untuk mencari Ki Bango Lamatan di nDalem Kapangeranan, nanti terlalu banyak pertanyaan dari para prajuritjaga.”
“Ah!” kembali orang-orang itu tertawa. Demikianlah sejenak kemudian keempat ekor kuda itu pun segera berderap meninggalkan halaman rumah Ki Gede Menoreh. Ki Bango Lamatan berkuda di depan bersama Ki Gede Menoreh yang berboncengan dengan Bayu Swandana. Sementara di belakang, Pandan Wangi berkuda berjajar denganRatri.
Sepanjang jalan rombongan itu banyak berpapasan dengan orang-orang yang sedang pergi ke sawah. Para petani itu memikul cangkul di pundak serta menjinjing keranjang untuk mencari rumput. Sementara di lambung mereka terselip sebuah sabit. “Alangkah damainya hidup ini, jika yang kita lihat sehari-hari pemandangan seperti ini,” desis Ki Bango Lamatan tanpa sadar sambil berpaling ke arah Ki Gede yang berkuda di sebelahnya. Tampak Ki Gede menarik nafas panjang sambil kedua tangannya memegang pundak cucunya. Agaknya kendali kuda itu sudah diserahkan kepada BayuSwandana.
“Kita berpacu kek?” bertanya Bayu Swandana kemudian tanpa menghiraukan kata-kata Ki Bango Lamatan. Anak seusia itu belum begitu mengerti seluk beluk kehidupan yang rumit. “Jangan, ngger!” cegah Ki Gede, “Nanti saja kalau kita sudah selesai mengantar paman Bango Lamatan.” Sekilas tampak Bayu Swandana berpaling ke arah Ki Bango Lamatan yang juga sedang memandang ke arahnya. Ki Bango Lamatan pun tersenyum yang dibalas juga oleh senyuman Bayu Swandana. “Bagaimana keadaan di kotaraja akhir-akhir ini, Ki Bango Lamatan?” bertanya Ki Gede kemudian ketika mereka sudah memasuki bulak panjang menuju ke padukuhan terakhir dari perdikan Menoreh. “Keadaan sedang tidak menentu, Ki Gede,” jawab Ki Bango Lamatan sambil terus mengendarai kudanya, “Keputusan Ki Patih Mandaraka yang mendukung pemenuhan janji almarhum Sinuhun Prabu Hanyakrawati telah mendapat banyak tentangan.” Ki Gede tampak menarik nafas dalam-dalam. Tanya Ki Gede selanjutnya, “Bagaimana dengan Raden Mas Rangsang yang telah diangkat sebagaiPangeran Pati?”
“Itulah yang membingungkan, Ki Gede,” jawab Ki Bango Lamatan dengan serta merta, “Banyak pihak yang menentang keputusan Ki Patih Mandaraka dan mereka berdiri di belakang barisan Pangeran Pati yang dipimpin oleh Pangeran Purbaya.” “Pangeran Purbaya?” ulang Ki Gede dengan nada terheran-heran. “Benar Ki Gede,” sahut Ki Bango Lamatan cepat, “Putra Panembahan Senapati yang tertua setelah Raden Rangga itu yang paling keras menentang keputusan Ki Patih. Bahkan menurut berita dari prajurit sandi istana Kapangeranan, pasukan gabungan para Adipati pesisir telah tiba di tepian kali Krasak sehari yang lalu.” Tampak kepala Ki Gede Menoreh terangguk angguk. Sementara Pandan Wangi dan Ratri yang berkuda di belakang hanya menjadi pendengar yang baik. Demikianlah ketika mereka telah memasuki padukuhan kecil yang merupakan padukuhan terakhir dari perdikan Menoreh, rombongan kuda-kuda itu berhenti di regol padukuhan kecil yang sepi. Di regol padukuhan itu tidak ada pengawal yang jaga sama sekali. “Apakah memang tidak ada pengawal yang berjaga di siang hari Ki Gede?” bertanya Ki Bango Lamatan kemudian sambil memperhatikan gardu sebelah regol yang kosong. “Padukuhan ini terhitung sangat kecil,” jawab Ki Gede juga sambil memperhatikan gardu kecil di sebelah regol, “Di siang hari memang jarang ada pengawal yang jaga. Namun di malam hari biasanya ada pengawal yang jaga dibantu oleh anak-anak muda padukuhan.” Tampak Ki Bango Lamatan mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanpa sadar sudut mata pengawal pribadi Pangeran Pati Mataram itu mencuri pandang ke arah Pandan Wangi. Namun dia menjadi kecewa karena Pandan Wangi tampak sedang berbicara dengan Ratri. “Sudahlah Ki Gede, aku mohon pamit,” berkata Ki Bango Lamatan kemudian sambil menganggukkan kepala dalam-dalam, “Aku mohon maaf jika selama ini telah merepotkan dan menyusahkan Ki Gede dan para penghuni perdikan Menoreh.” “Ah, tentu saja tidak, Ki,” jawab Ki Gede dengan serta merta, “Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Mari kita songsong masa depanyang lebih baik.”
Ki Bango Lamatan tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ketika tanpa sadar pandangan matanya menatap seraut wajah perempuan parobaya namun yang terlihat masih cantik dan menarik, ternyata Pandan Wangi pun sedang memandang ke arahnya dengan sebuah senyuman yang tersungging di bibir yang indah itu. Jantung Ki Bango Lamatan pun bagaikan rontokdari tangkainya.
“Selamat jalan paman, dan terima kasih atas kesediaan paman mengantar kami sampai ke Menoreh,” tiba-tiba terdengar suara Ratri yang membangunkan mimpi indah yang seumur hidup belum pernahdirasakannya.
“Sama-sama Ratri,” jawab Ki Bango Lamatan kemudian sambil menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan gejolak dalam dadanya, “Aku hanya melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Pangeran Pati.” “Jadi kalau tidak diperintah Pangeran Pati, paman enggan mengantar kami ke Menoreh?” sergah Ratri kemudian dengan wajah yang sedikitbersungut sungut.
“Ah, tentu saja tidak Ratri,” jawab Ki Bango Lamatan dengan serta merta, “Namun pamanmu ini hanyalah seorang pengawal pribadi yang siap melaksanakan tugas apapun yang dibebankan di pundakku.” “Ah, sudahlah,” sahut Ki Gede kemudian menengahi, “Tidak usah berdebat yang tidak ada ujung pangkalnya. Yang jelas aku mewakili seluruh kawula perdikan Menoreh mengucapkan terima kasih atas kunjungan Ki Bango Lamatan.” “Ah, aku lah yang harus berterima kasih,” sahut Ki Bango Lamatan dengan serta merta, “Keluarga Menoreh begitu baik dan tulus menerima kedatanganku walaupun aku telah membuat masa lalu Menoreh cukupkelam.”
“Ah, justru paman yang mulai lagi dengan debat yang tak berujung pangkal,” sela Ratri yang membuat orang-orang tertawa. “Sekali lagi aku mohon diri,” berkata Ki Bango Lamatan sambil mengangguk ke arah Ki Gede dan mencuri pandang sekilas ke arah Pandan Wangi. Namun puteri Menoreh itu sekarang tidak sedang memandang ke arahnya sehingga telah membuat hati Ki Bango Lamatan sedikit kecewa. “Selamat jalan Ki. Semoga selamat sampai tujuan”, berkata Ki Gedekemudian.
_Bersambung ke bagian 3_SHARE THIS:
*
MENYUKAI INI:
Suka Memuat...
Laman: 1 2
3 4
Telah Terbit on 12/10/2020 at 12:00 Comments (959) The URI to TrackBack this entry is: _https://cersilindonesia.wordpress.com/stsd-27/trackback/_ RSS feed for comments on this post. 959 KOMENTARTINGGALKAN KOMENTAR*
On 10/11/2020 at 18:53 sisol said: Perasaan dah baca kitab Rontalnya Empu Pahari bagian Kawaskitan tapi kok tetep belum bisa nebak jalan pikiran mbah man ya ?.Kadang saja bener
Balas
*
On 10/11/2020 at 19:04 widiaxa said: Klo tebak2an buah manggis ya mudah. Klo ini ya tentu sulit….kenalidulu mBahMan….
Balas
*
On 10/11/2020 at 19:12 widiaxa said: Semoga tidak ketiduran lagi nanti malam, spoor iso ora kuat narik gerbong, stok melimpah…hi.hi hiBalas
*
On 10/11/2020 at 20:47 P. Satpamsaid:
semboyan telok lemak………Balas
*
On 10/11/2020 at 22:20 Pak Breng Ronggo Lawe Pb01 said:siap menunggu…
semboyan telok lemak sdh dekat..tuuuuiiiiit
tuuuiiiit
tuuuuuuiiiiit
jeeeeeeeessss
*
On 10/11/2020 at 21:28 P. Satpamsaid:
Sepur belum bisa masuk stasiun, menunggu sinyal dari Sep .Balas
*
On 10/11/2020 at 21:57 Alap-alap Merapi said: Waduh ngalamat kepikiran mergo udan sepure kentekan kayu doteles oraciso diobong ketele uap dadi kebul raini genine blebes-blebes Kabehdadi sangit.
*
On 10/11/2020 at 21:57 Alap-alap Merapi said: Waduh ngalamat kepikiran mergo udan sepure kentekan kayu doteles oraciso diobong ketele uap dadi kebul raini genine blebes-blebes Kabehdadi sangit.
*
On 10/11/2020 at 21:38 Munirul Hadi said: Wah, jangan2 nunggu lingsirwengi bablas habis subuhBalas
*
On 10/11/2020 at 21:54 P. Satpamsaid:
Hi hi hi ……
Semboyan telok lemak lagi…. Tuuuuuuiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit………..Balas
*
On 10/11/2020 at 21:54 P. Satpamsaid:
STSD-27 HALAMAN 75-76 “Hem! Siapakah mereka?” pertanyaan itu melingkar lingkar dalambenak Pandan Wangi.
Ratri yang ikut berpaling telah mengerutkan keningnya. Dia belum mendengar dengan jelas suara derap kaki-kaki kuda yang dipacu itu, namun asap yang mengepul tinggi itu sudah dilihatnya. “Ada apa Nyi?” bertanya Ratri kemudian sambil memandang PandanWangi.
“Tidak ada apa-apa,” jawab Pandan Wangi sambil kembali memandang ke depan, “Mungkin ada serombongan orang berkuda yang sedangbepergian.”
Tampak Ratri mengangguk-anggukkan kepalanya. Ketika Pandan Wangi kemudian menggerakkan kendali kudanya, Ratri pun mengikutinya. “Siapakah orang-orang itu?” membatin Pandan Wangi sambil terus mengendalikan kudanya yang berderap perlahan, “Jika mereka akan bepergian jauh, tidak seharusnya mereka berpacu sedemikian kencangnya pagi-pagi sekali. Atau mungkin memang ada sesuatu yangmengkhawatirkan?”
Namun puteri Menoreh itu berpacu terus walaupun tidak terlalu kencang. Mereka berdua memang sengaja berderap perlahan untuk menikmati suasanapagi yang cerah.
Dalam pada itu enam ekor kuda dipacu dengan kencang seolah olah mereka sedang pergi ke medan perang. Penunggang kuda-kuda itu terlihat masih muda bahkan ada yang terlihat baru saja meninggalkan masa remajanya. “Kakang ada dua penunggang kuda di depan kita!” tiba-tiba seorang anak muda yang berdahi lebar berteriak mengatasi gemuruh lajukuda-kuda mereka.
Anak muda yang dipanggil kakang itu memang sudah melihat kedua penunggang kuda itu. Sekilas dia melihat sepertinya kedua penunggang kuda itu tidak memakai ikat kepala. Rambut keduanya yang panjangtampak di sanggul.
“Dua orang perempuan berkuda,” desis anak muda yang paling tinggi dan besar itu sambil memicingkan kedua matanya agar dapat melihat jauh ke depan dengan lebih jelas. Namun ternyata kawan-kawannya juga telah menyadari bahwa kedua penunggang kuda di hadapan mereka itu adalah perempuan. “Ayo kita kejar!” tiba-tiba seorang anak muda yang berkumis tipis berteriak sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi, “Ada dua orang perempuan sedang berkuda di depan!” Tanpa dapat dicegah lagi, keenam anak-anak muda itu pun berteriak riuh rendah sambil memacu kuda-kuda mereka lebih kencang lagi. Sebenarnya Pandan Wangi sudah dapat mendengar teriakan-teriakan anak-anak muda itu. Segera saja dia memberi isyarat Ratri untuk menepi. Kedua perempuan cantik nan ayu itu kemudian berkuda dengan tetap berjajar tetapi agak menepi untuk sekedar memberi jalan. Namun yang terjadi kemudian adalah diluar dugaan kedua perempuan itu. Ketika derap kuda-kuda itu terdengar semakin dekat di belakang mereka, terdengar aba-aba untuk mengurangi laju kuda-kuda mereka. Sejenak kemudian kuda-kuda itu pun sudah dapat menyusul Pandan Wangi dan Ratri. Dengan segera keenam penunggang kuda itu berusaha berkuda di samping kanan dan kiri kedua perempuan itu. “O, alangkah cantiknya!” terdengar teriakan beberapa anak-anak muda itu sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk menarik perhatian kedua perempuan itu. Namun Pandan Wangi dan Ratri sama sekali tidak terpengaruh dan tetap mengacuhkan keberadaan mereka.Balas
*
On 11/11/2020 at 21:26 fachyasin said: Ikut menunggu kisah lanjutan Ratri, PW, RAS, GP, SM, RW. Bgmn hasil RAS berguru kpd kanjeng Sunan ?Balas
*
On 10/11/2020 at 22:04 P. Satpamsaid:
Alhamdulillah…..
ramai sekali komentar sanak-kadang Gagakseta di jilid ini. Jumlah halaman tembus 8 halaman. Jumlah komentar sampai komentar ini mencapai 848 komentar. Jika wedaran selesai tanggal 12, maka lama wedaran STSD-27 adalah 30hari.
Matur suwun kepada sanak-kadang yang telah meramaikan gandok STSD-27. Meski tidak ada pengaruh apa-apa, jika jumlah klik dan komentar yang banyak rasanya lebih memberi semangat untuk tetap hadir setiap hari menempel wedaran rontal karya mbah_man. Setiap akan wedaran, Satpam selalu melihat jumlah komentar dan klik dalam satu hari. Jika komentar sedikit dan/atau jumlah klik sedikit, rasanya….. kok kecewa…. begitu.Hi hi hi ….
Mohon doanya agar Satpam tetap sehat dan semangat untuk “memberangkatkan sepur”.Nuwun….
Balas
*
On 10/11/2020 at 22:12 Sajid said:matur sembah nuwon
in syaa Allah mBah Man dan Pak Satpam aelalu dalam lindungan Allah swt serta aenantiasa diberikan kesehatan yangbsempurna. aamiin yaa robbal aalamiinBalas
*
On 10/11/2020 at 22:20 widiaxa said: Matur nuwun mBahMan PSatpam atas wedarannya. sehat selalu. AamiinBalas
*
On 10/11/2020 at 22:21 Koke said: Alhamdulillah, terima kasih P. Satpam dan mbah Man atas wedarannya untuk menemani keperaduan… Semoga P. Satpam dan mbah Man senantiasa dalam keadaan sehat dan bugar serta selalu dalam lindungan dan Keridhoan-NYA… Aamiin Illahi AamiinBalas
*
On 10/11/2020 at 22:23 Pak Breng Ronggo Lawe Pb01 said: mator sakalangkong ki.PS..dan mb.MAN…semoga senantiasa diparingi kesehatan oleh Allah SWT Aamiin..Balas
*
On 10/11/2020 at 22:52 Cak Bonek said: Sugeng dalu,matur nuwun.Balas
*
On 11/11/2020 at 11:04 Karsam said:Amin Amin YRA
Balas
*
On 10/11/2020 at 22:51 masyatnosaid:
Matur suwun Pak Satpam lan ugi Mbah Man, mugi tansah sehat lan barokahsedayanipun
Balas
*
On 11/11/2020 at 05:59 KusumaÇakti said: Alhamdulillah, Matur suwun sanget Pak Satpam lan ugi Mbah Man, mugi tansah pinaringan sehat lan barokah selalu, AamiinBalas
*
On 11/11/2020 at 08:32 Triprianto soedjatmiko said: Saya pendatang baru ikut bahagia bisa mengikuti lanjutan dari Api dibukit menoreh dari mbah man.Balas
*
On 10/11/2020 at 22:54 Cak Bonek said: Matur nuwun.semangat selalu.Balas
*
On 11/11/2020 at 01:09 Arum ndalu said:nginguk gandhokk,
Balas
*
On 11/11/2020 at 07:14 Putu Ki Wonotaruno said:Salam NKRI,
Semoga mbahMan, ki satpam, cantrik, mentrik semuanya dalam keadaansehat wal afiat.
Maaf para sanak kadang kula sedaya, saya kurang sependapat dengan komentar2 yang seolah2 menyetir alur cerita yang ada dalam fikiran penulis (mbahMan dkk). Saya lebih suka mengikuti alur yang telah dibuat para empu dan cantrik padepokan ini. Walaupun saya berangan2 kelak endingnya bahagia pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, yang mana pada masa itu ki RAS sudah purna tugas karena lanjut usia. Kemudian madeg pandita di padepokan orang bercambuk. Maaf apabila ada yang kurang berkenan. Semoga mbah Man beserta teamnya selalu sehat dan dalam lindungan YangMaha Agung.
Balas
*
On 11/11/2020 at 13:39 Halim said: Saya sepakat, seharusnya pembaca tidak menyetir author, biarkan jalan ceritanya mengalir seperti yang diinginkan oleh beliau, pembaca boleh2 saja menjadi penasaran, gemes menunggu kelanjutan cerita tapi tidak perlu meminta author untuk mengikuti keinginan pembaca krn justru disitulah seninya, maaf kalau kurang berkenan. Terima kasih Mbah Man dan P. K. Satpam yg selalu setia berbagi, semoga sehat selalu,aamiin…
Balas
*
On 11/11/2020 at 15:30 sisol said: Harusnya ini menquote postingannya yang mau dibahas. Dugaan saya yang menyarankan “sad ending” di atas sana tadi dengan Agung Sedayu tewas ditangan Glagah Putih dll. Akan lebih jelas begitu karena terlihat “thread” nya dibanding postingan / komen lepasan.Balas
*
On 11/11/2020 at 18:16 trih cantrik mbelinksaid:
Saya yakin kalau mbah man baca komentar – komentar ini, beliau hanya tersenyum sareh. “Lha wong ceritane wis dadi koq arep disetir…apane sing di setir… Nyuwun sewu mbah man,,,,Balas
*
On 11/11/2020 at 08:18 Djoko_thole said: Alhamdulillah, Matursuwun Mbah_Man & P.Satpam , mugi tansah pinaringan sehat lan barokah selalu, AamiinBalas
*
On 11/11/2020 at 08:21 sisol said: Andai saja Ki Rangga bisa campur tangan dari jarak jauh. Kalau sebelumnya ki Waskita “menipu” dengan raja brana semu, alangkah lucunya kalay mereka ditipu Ki Rangga juga dengan gadis cantik Tapi enam orang harusnya masih bisa diatasi lah sama Pandan Wangi +kejutan dari Ratri
Balas
*
On 11/11/2020 at 08:43 Ki Subas said: waduhhhh jangan dihentikan dulu dan ganti gandok donk Ki Satpam… saya pengen liat anak-anak muda yg deksuro di dikamplengi sama Ratri dengan ilmu yang tidak dia sadari…. qeqee… matur nuwun mbah Man dan semangatnya Ki Satpam… tetep sehat nggihh..Balas
*
On 11/11/2020 at 09:33 Prajurit Sandisaid:
Waduhh. . .rupanya gerombolan itu 6 orang ?? Ratri samasekali belum bisa menggunakan senjata dan juga tdk membawa senjata. Seandainya saja PW hanya sendirian rasanya malah lebih tenang heemmm setidak2nya akan bisa menjaga diri sendiri bahkan satu demi satu bisa menggilas lawan. Lanjutan cerita masih menunggu malam hari ya ini Mbaah he he heBalas
*
On 11/11/2020 at 10:09 sisol said: Tenang sajalah. Ratri dah bertenaga besar meski nggak tau cara pakainya. Keuntungannya karena nggak sengaja, tenaga nggak terkontrol dan lawan bisa klengerBalas
*
On 11/11/2020 at 11:19 Wardono said: Ikuti terus jioss….pokokman….sehat selalu mbah man…..Balas
*
On 11/11/2020 at 11:41 Arif Usman said: Terima kasih untuk mbah man dan p. Satpam. Tak lupa utk ilustrasi ciamik ki adi suta, semoga semuanya sehat selalu.Lanjutken….
tuuiiiiiiiiiit…
Balas
*
On 11/11/2020 at 17:27 Hari Lanang said: Terima kasih mbsh Man dan p Satpam semoga sehat selslu, Waktu yang tepat sebagai pendadaran Ratri untuk melihat perkasanyatangan Ratri
Balas
*
On 11/11/2020 at 17:54 widiaxa said: Ngenteni STSD 27 selesai,n gandhog anyar dibuka ..Balas
*
On 11/11/2020 at 18:05 bycr said: apa betul..p.wuriyah hanya 1 hari berkuasa?…lalu diganti p.jatmika bergelar (sultan agung)…tak lama kemudian ki mandaraka wafat..”singaranu” sbg penggantinya..( jgn2 singaranu itu ki rangga agung sedayu…???)..ya kita tggu aja…perang jawa masih berkekanjutan..melawan ..madura..surabaya..batavia..makin seru nieh…Balas
*
On 11/11/2020 at 18:10 Ki Rangga Yeh Ning said: Enam anak muda itu bodoh banget jika menganggu PW dan Ratri , disamping ilmu PW yang tinggi ada para pengawal perdikan menoreh yang kemampuan orang per orang tidak akan kalah dengan masing2 enam anakmuda tsb
Balas
*
On 11/11/2020 at 20:41 Edwig's said: PW koq dilawan he he he,suwun mbah Man n P.SatpamBalas
*
On 11/11/2020 at 20:58 Bopo Guru said: Luar biasa yang jagongan tanpa suara di sini, di padepokan buanyakbanget.
Ikut ndesel saja deh.Balas
*
On 11/11/2020 at 21:00 Angon raos said: Sepure durung liwat. jam pira ya liwat penatarn.Balas
*
On 11/11/2020 at 21:00 Bopo Guru said: Ikut ndesel2 biar kebagian wedaran yang tinggal sak ejregan sepurkeluthuk.
Balas
*
On 11/11/2020 at 21:08 P. Satpamsaid:
Semboyan telok lemak…… Tuuuuuuiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit……………..Balas
*
On 11/11/2020 at 21:36 Sudarmono said:Sabar menunggu
Balas
*
On 11/11/2020 at 21:52 Pak breng Ronggolawe pb01 said:Tuuuuuuiiiiiiit
Tuuuuuuiiiiiiit
Tuuuuuuiiiiiiit
Peloncor lah Ki.PS..tanpa menunggu semboyan Telok lemak…hiks…hiks…hiks. Ra Ki Ra keenam anak muda yg lagi dampingi PW dan RTI dikanan kiri dua perempuan nan cantik bak bunga mawar yg sdg merekah ….dgn menelan ludah keenam anak muda itu..glegh…..glegh…glegh…sambil berbisik ketemuannya yg tinggi berkumis…boleh juga ni cewek….belum selesai ngomong…terasa pipi anak muda seperti ada yg nempeleng…ceplak…ceplak…ceplak…langsung anak tsb agluseer…karena pukulan RTI…dan PW melihat kejadian itu hanya mesem aja PW…rakira apa begitu Yasa ki.PS……untuk lebihjelasnya…
Ditunggu luncrutkan Ki.PS dan MB.MAN…… Torech ki.PS….ditunggu gerbong berikutnya…dgn mengabaikan semboyan Telok lemaaaaak…tuuuuuuuuit….jeeeesBalas
*
On 11/11/2020 at 22:05 Pak breng Ronggolawe pb01 said: Ojo Nileb neh yoooo Ki.PS…pak breng lagi dingkik terus bang stasiun menoreh…..kuatir gerbong dilangsir ..terus pindah jalur… Jadi yg berangkat gerbong dari Matesih….GP..kiri kiri opo Sido direndam nalam hari Yasa Luncrutkan gerbongnyaBalas
*
On 11/11/2020 at 21:38 Sudarmono said:Sabar menunggu
Balas
*
On 11/11/2020 at 21:58 Pak breng Ronggolawe pb01 said: apa rakira Ki PS mau Nileb pak breng lagi Yaa…kuatkan breng…kuatkan breng walau mata ini kiyer kiyer… stasiun temor…Probolinggo dgn setia menunggumu….koyok lagune Arieaja ke BCL hiks..
Balas
*
On 11/11/2020 at 22:05 widiaxa said:22.06
Balas
*
On 11/11/2020 at 22:07 masyatnosaid:
22.07
Balas
*
On 11/11/2020 at 22:27 P. Satpamsaid:
Lah… Pak Breng malah sudah tertidurBalas
*
On 11/11/2020 at 22:31 Pak breng Ronggolawe pb01 said: Thank you Ki.PS…atas luncuran gerbonge hiks.Balas
*
On 11/11/2020 at 22:20 P. Satpamsaid:
STSD-27 HALAMAN 77-78 “Aku belum pernah melihat perempuan secantik mereka di perdikan ini!” kembali terdengar teriakan bernada menggoda. “Cantik dan anggun!!” yang lain menimpali. “Anggun dan mempesona!!” “Mempesona bagaikan puteri-puteri Raja!!” “He? Raja yang mana? Apakah kamu sudah pernah melihat puteri Raja?” seseorang berteriak untuk mengatasi teriakan yang lainnya. “Sudah!!” jawab salah seorang dari mereka sekenanya.“Kapan?”
“Ya, sekarang ini, bodoh!!” Segera saja gelak tawa memenuhi udara di pagi hari itu. “Bagaimana kakang?” tiba-tiba seorang anak muda yang baru saja meninggalkan masa remajanya telah berteriak mengatasi kegaduhan itu. “Kita ikuti saja sampai ke rumahnya,” jawab yang lain sebelum anak muda yang dipanggil kakang itu menjawab. “Untuk apa?” kembali anak yang baru menginjak dewasa ituberteriak.
“Untuk melamarnya!!” Kembali gelak tawa yang riuh memenuhi udara di pagi itu. Kini kedua perempuan itu benar-benar sudah berada di dalam kepungan keenam penunggang kuda itu. Ratri sudah mulai gelisah melihat tingkah laku mereka. Ketika sekilas dia melihat dengan sudut matanya, jantung gadis puteri Ki Gede Matesih itu berdesir tajam. Rasa rasanya diamengenal mereka.
Ratri pun segera teringat ketika untuk pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di perdikan Menoreh. Sambutan anak-anak muda yang mengaku dari perguruan Wirapati itu tidak akan pernah dilupakannya. “Anak-anak muda itu lagi,” membatin Ratri sambil mencoba mencuri pandang ke arah Pandan Wangi. Namun wajah puteri Menoreh itu tampak datar-datar saja. Sementara anak-anak muda itu agaknya belum mengenal Pandan Wangi. Sedangkan terhadap Ratri, mereka tidak mengenalinya karena Ratri pada sat itu mengenakan ikat kepala sebagaimana kebanyakan laki-laki. Demikianlah keenam ekor kuda itu ternyata telah berderap mengikuti derap kuda Pandan Wangi dan Ratri. Mereka tidak menyadari bahwa Pandan Wangi memang sengaja membawa anak-anak muda itu mendekati regol padukuhan induk yang sudah terlihat walaupun masih cukup jauh. Agaknya anak muda yang paling besar dan tinggi itu segera menyadari maksud Pandan Wangi. Dengan segera dia memacu kudanya beberapa langkah ke depan dan kemudian berkuda di depan kedua perempuan itu. Sebelum Pandan Wangi dan Ratri menyadari maksud anak muda yang paling besar itu, tiba-tiba dia telah menghentikan kudanya begitu saja. Tentu saja kedua perempuan itu pun dengan terpaksa harus menghentikankuda-kuda mereka.
Balas
*
On 11/11/2020 at 22:23 P. Satpamsaid:
Lah…..
dalam pada itu, saat Satpam meluncur ke stasiun untuk memberangkatkan kereta, tiba-tiba ada urusan kebun yang harus ditangani besok. hi hi hi …. sejenak terlupakan.monggo……
Balas
*
On 11/11/2020 at 22:31 widiaxa said: Matur nuwun mBahMan PSatpam atas wedarannya.sehat selalu.Aamiin. Monggo sawahe digarap…Balas
*
On 11/11/2020 at 22:36 Pak breng Ronggolawe pb01 said: Thank you Ki.PS..atas luncuran gerbonge…. Embuuuh po’ on kiiiii.. Sak gerbong AE..hiksBalas
*
On 11/11/2020 at 22:49 widiaxa said: Gandhoge ora sido bukak gandhog anyar…Balas
*
On 12/11/2020 at 00:26 P. Satpamsaid:
Gerbongnya buka besok, setelah tutup wedaran gandok 27.*
On 11/11/2020 at 22:49 masyatnosaid:
matur suwun wedharanipun Ki…Balas
*
On 11/11/2020 at 23:15 Sajid said:tuiiiit
tuuuiiit
Matur nuwun mBahMan n Pak Satpam atas wedarannya. Semoga selalu.dalam lindungan Allah swtAamiin.
Balas
*
On 12/11/2020 at 04:19 Basuki Rahmat said: Matur nuwun Mbah man dan p satpam, smoga dalam keadaan sehat ,Rahayulaut batin amiin
Balas
*
On 11/11/2020 at 23:34 cundrikbumisaid:
Tuiit tuiiiiit
Jo jajan jo jajan
Gerbonge wis liwat
Kamsia Mbah Man soho Pak satpam Sugeng ndalu sedoyo mawonBalas
*
On 11/11/2020 at 23:43 Koke said: Alhamdulillah… akhirnya datang juga sebelum tengah malam… Terima kasih P. Satpam dan mbah Man atas wedarannya untuk menemani keperaduan… Semoga P. Satpam dan mbah Man senantiasa dalam keadaan sehat dan bugar … Aamiin Illahi AamiinBalas
*
On 12/11/2020 at 04:33 EDI HENDRARDI said: Dalam sudut pandangku, sebaiknya blm ada gandok anyar Karena dlm ilustrasi sampul yg berwarna by ki suta, blm muncul dlmwedaran rontal.
Btw, tx.u.full mbah mandrake ki ps, ki suta dalah para dalang (bebahu) yg telah melancarkan wedaran.Balas
*
On 12/11/2020 at 09:06 sisol said: Kayaknya setelah nanti malamBalas
*
On 12/11/2020 at 07:33 Passingsingan said: Nunggu agung Sedayu naik pangkat jadi tumenggung ,jangan seperti Ki lurah branjangan dari ikut babat alas mentaok sampai cucu Ki gede pemanahan jadi raja tetap saja pensiun pangkat nya lurah (kasian /komatana)
Balas
*
On 12/11/2020 at 09:05 sisol said: Dan dapet putri Triman, Anjani Anjani sendiri jelas seneng sama Ki Rangga. Nggak kebayang apa yang bakal terjadi sama Anjani, Pandan Wangi, Sekar Mirah vs Ki Rangga (3lawan 1).
Balas
*
On 12/11/2020 at 07:55 Ki waskita said: Akankah moment ini menjadi ajang pembuktian kl ratri bisa menggunakan tenaga dalam tanpa disadarinya? Mari kita simak kelanjutannya malam ini (hiks hiks hiks)Balas
*
On 12/11/2020 at 09:08 sisol said: Kemungkinan besar. Ratri dah dikasih jurus melepaskan diri jika kena cekal barusan saja. Paling nanti praktekBalas
*
On 12/11/2020 at 08:46 Ki Subas said: matur nuwun Mbah Man… Ki Satpam..Balas
*
On 12/11/2020 at 09:14 Bopo Guru said: Matur nuwun wedharanipun Mbah Man lan p Satpam.. Ndalu malah keblasuk ngorok ambles bumi ngantos wanci tengange nembetangi…….
Huhuhu jenggirat mbikak dolanan bocah jebul sepure pun liwat, ketiwasan, rakatuuuuut.Balas
*
On 12/11/2020 at 09:21 sisol said: Masih ada beberapa faktor kejutan lain yang mungkin muncul : Petani lihat putri kepala tanah perdikannya dikeroyok lalu bertindak, dan Ki Argapati yang lagi ngajari cucunya berkuda kebetulan pulang lewatsitu
Balas
*
On 12/11/2020 at 10:24 Triprianto Soedjatmiko said: spertinya kejadian Ratri ngampleng sampek pingsan terulang lagiBalas
*
On 12/11/2020 at 12:54 sisol said: Atau malah tewas. Kemarin sasaran kan pengawal Ponorogo, terlatih. Ini cuma anak-anak remaja kokBalas
*
On 12/11/2020 at 10:57 Triprianto Soedjatmiko said: Dari Awal cerita ADBM sy sangat suka dgn ketokohan RAS, makanya klo RAS pada akhir cerita bisa menyanding Anjani, PW dan SM, saya ikutheppi. he he he he
Balas
*
On 12/11/2020 at 12:14 KusumaÇakti said:Setuju
Balas
*
On 12/11/2020 at 12:40 Wahyu wiyanasaid:
Aku yo setuju Ki
Balas
*
On 12/11/2020 at 12:53 sisol said:Balas
*
On 12/11/2020 at 18:35 Edy gambas said: Rasanya janggal jika RAS dikasih putri triman, bekasnya orang, kondisinya hamil pula .RAS adalah temen baik panembahan senopati.Pnembahn Senopati amat menghormati RAS. Rasanya mengina banget jika cucu PS memberi triman kpd seseorang yg merupakan temanbaik kakeknya.
Ora mangan nangkane masak disuruh gupak puluteBalas
*
On 12/11/2020 at 20:05 Suwardi Kasidi said: Selalu hadir dan akan tetap hadir…. Matur nuwun Kagem Mbah Man dan Ki Satpam Tetap sehat doa yang terbaik untukpanjenengan...
Balas
*
On 12/11/2020 at 20:21 P. Satpamsaid:
Semboyan telok lemak…… (ikutan Pak Breng, hi hi hi…..)Balas
*
On 12/11/2020 at 20:24 P. Satpamsaid:
Mau nempel rontal kok belum ada yang yang duduk manis di halamandelapan.
Jangan-jangan nanti terbang terbawa angin yag lalu….hi hi hi …..
Yang sudah hadir, ngacung……! dapat hadiah rontal terakhir STSD-27Balas
*
On 12/11/2020 at 20:44 P. Satpamsaid:
ada satu yang sudah “duduk manis” di halaman delapan, sabar nggih sepur masi menunggu sinyal dari sep stasiun.Balas
*
On 12/11/2020 at 20:48 masyatnosaid:
sepur….sepuuurrrr…ndang lewat….Balas
*
On 12/11/2020 at 20:47 Bopo Guru said: Hadiiiir pak Satpam, mumpung belum banyak yang antre tiket Arga Menoreh ngindangi janda montok diontok-ontok.Balas
*
On 12/11/2020 at 20:55 P. Satpamsaid:
Pak Sep baru selesai “ngunjuk kopi”.Hi hi hi …..
monggo…..
Balas
*
On 12/11/2020 at 20:55 P. Satpamsaid:
STSD-27 HALAMAN 79-80 Segera saja keenam anak-anak muda itu mengepung Pandan Wangi dan Ratri. Kini dengan sangat jelasnya keenam anak-anak muda itu dapat melihat dan menikmati kecantikan kedua perempuan itu. Untuk beberapa saat suasana justru telah menjadi hening. Keenam anak muda itu seolah olah telah berubah menjadi patung batu di atas kuda masing-masing. Sepasang mata mereka tampak melotot dengan mulut yang menganga. Kecantikan kedua perempuan itu benar-benar telah menyihirmereka.
“Ada apa anak-anak muda?” tiba-tiba terdengar suara lembut Pandan Wangi yang menyadarkan anak-anak muda itu dari mimpi indah mereka. Tidak ada satu pun yang berusaha menjawab pertanyaan itu. Pandangan mata mereka tetap saja melekat pada dua wajah cantik nan ayu itu ganti berganti. Tak puas puasnya mereka menikmati keindahan yang tiadataranya itu.
“He? Apakah kalian tuli semua?” tiba-tiba Pandan Wangi kembali bersuara namun kali ini dengan suara sedikit agak keras. “O, ya… O, tidak…, tidak…” sahut seorang anak muda yang terdekat dengan Pandan Wangi. Anak muda itu seolah menjadi kebingungan dan linglung melihat dua orang perempuan secantik itu di tengah jalan. Pandan Wangi tersenyum sekilas. Tanpa sadar dia melirik ke arah Ratri. Namun Ratri terlihat menundukkan wajahnya dalam-dalam. “Ratri belum berpengalaman menghadapi begundal-begundal seperti ini,” membatin Pandan Wangi sambil mengedarkan pandangan matanya. Setiap kali pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata salah seorang dari anak-anak muda itu, segera saja mereka menundukkan wajah atau melempar pandangan ke tempat yang lain. “Anak-anak muda,” Pandan Wangi mengulangi pertanyaannya dengan nada yang sangat sareh, “Ada keperluan apakah kalian menghentikankami berdua?”
Anak muda yang paling besar itu agaknya sudah dapat menguasai diri. Jawabnya kemudian, “Kami tidak ada maksud apa-apa kecuali hanya ingin berkenalan.” “Berkenalan dengan cara berteriak teriak dan menghadang di tengah jalan?” sergah Pandan Wangi dengan suara sedikit keras. Tampak anak muda itu kebingungan untuk menjawab. Tanpa sadar dia telah berpaling ke arah kawan-kawannya. Namun tampaknya anak-anak muda yang lain pun tidak tahu harus menjawab apa. “Ketahuilah anak-anak muda,” berkata Pandan Wangi selanjutnya begitu anak muda yang paling besar itu tidak mampu menjawab pertanyaannya, “Jika kalian ingin mengenal seorang perempuan lebih dekat dan mungkin suatu saat akan menjadi pendamping kalian, tunjukkanlah bahwa kalian adalah anak-anak muda yang menghargai perempuan sebagaimana kalian menghargai ibu-ibu kalian.” ——————ooOoo——————- Bersambung ke jilid 28Balas
*
On 12/11/2020 at 22:12 Pak Breng Ronggo Lawe Pb01 said: mator sakalangkong ki.PS serta mb.MAN atas luncuran gerbongnya…tuiiiiiiit
tuuuuuuit
tuuuuuiiiiiiiit
ditunggu gerbong” betikutnya..hiks..hiks…hiksBalas
*
On 12/11/2020 at 22:21 Pak Breng Ronggo Lawe Pb01 said: begitu keenam pemuda yg menghadang RTI dan PW…begitu pandangan matanya berbenturan dgn PW maka anak muda ts serasa dihipnotis oleh sang janda kembang…..hati anak muda itu langsung maaaakjlebg dgn bibir ternganga…….itu baru PW ….gimana dgn RTI…
.tunggu gerbong berikutnya akan meluncur wayahe ibuk e arek”turu…hiks
suwun ki.PS…kalian mb.MAN….senantiasa diparingi kesehatan….serta rejeki yg barokah .AamiinBalas
*
On 12/11/2020 at 20:57 P. Satpamsaid:
Lewat tengah malam gandok 28 akan dibuka. Yang mengisi komentar duluan dapat hadiah dari istri/suamimasing-masing.
Balas
*
On 12/11/2020 at 21:27 Munirul Hadi said: Alhamdulillah, kutunggu kereta lingsir wengi lewat semoga masinisnggak ketiduran
Balas
*
On 12/11/2020 at 22:23 Pak Breng Ronggo Lawe Pb01 said:wayahe
wayahe
wayahe
sunnah Rosul
tuiiiiiiiiiiiiiiit….jlebp….
Balas
*
On 12/11/2020 at 22:50 Zen G. said:hik..hik..hik.
siap dapat hadiah dari istriku, kan ini malam Jum’at ?Balas
*
On 12/11/2020 at 21:10 Cak Bonek said:Yo’i,arigato
Balas
*
On 12/11/2020 at 21:12 Aris Radit Suranta said: Kok sepi ? Sudah pindah ?Balas
*
On 12/11/2020 at 21:16 fachyasin said: Knp di jilid 28 masih kosong melompong blom ada isinya ? Semoga malam ini mulai masuk jilid 28. Wah selama RAS seminggu bertapa di Gunung Muria … sudah menghabiskan 4 atau 5 jilid utk berkisah aneka rupa …Balas
*
On 12/11/2020 at 21:28 Koke said: Alhamdulillah, terima kasih P. Satpam dan mbah Man atas wedarannya sebagai penutup gandhok 27… Semoga malam ini ada pembuka di gandhok28
Balas
*
On 12/11/2020 at 21:32 P. Satpamsaid:
Oke…oke…oke…
Nanti saya usulkan mbah_man. Supaya ceritanya hanya AS saja dan berkelahi dimana saja dan kapan saja. Hi hi hi…. seperti iklan minuman saja.Balas
*
On 12/11/2020 at 21:40 widiaxa said: Sekalian keluarga yang pernah bertempur dgn AS,dimunculkan,10 bk gak rampung yg bisa ngetung musuhe AS Sopo?Balas
*
On 12/11/2020 at 21:41 Angon raos said: Bocah bocah yang perlu diajari unggah ungguh. PW hajar dulu bocah bocah itu, paling setelah dihajar nangis lari pulang nyari ayahnya.Hemmm hemmm hemmm
Balas
*
On 12/11/2020 at 22:57 fachyasin said: Klo Ratri marah besar .. bisa2 itu pemuda berandalan dipukul knockout sp pingsan. Biar PW percaya pada bukti kekuatan tenaga cadangan Ratri yg sudah dibuka jln darah dan syaraf nya okeh KTA.Balas
*
On 12/11/2020 at 22:00 Sri Mahatma Adji said: Pangapunten Mbah, mohon ijin bertanya ; 1. Bukankah Kanjeng Sunan Muria itu lebih sepuh dari Kanjeng SunanKalijogo ?
2. Bukankah Kanjeng Sunan Kalijogo itu Gesang di era awal kerajaanDemak ?
3. Tetapi kok Kanjeng Sunan Muria di ceritakan Gesang di era kerajaan Mataram sesudah kanjeng Panembahan Senopati sampun sedo ? Mohon pencerahannya mbah.Pangapunten.
Balas
*
On 13/11/2020 at 21:22 Mbah Man said: Ada kisah yang mengatakan Kanjeng Sunan Muria itu putra Kanjeng SunanKalijaga.
Balas
*
On 16/11/2020 at 08:29 Prajurit Sandisaid:
Iya benar. . .di cerita ini juga dari banyak sumber bahwa Sunan Muria itu putra dari Sunan KalijagaBalas
*
On 12/11/2020 at 22:50 Bopo Guru said: Nginguk gandhok baru masih kuncen rapet hiks.. Sabar menanti sambi cepak2 wedang sereh.Balas
*
On 13/11/2020 at 08:14 Djoko_thole said: Alhamdulillah…suwun Mbah_Man & P.Satpam , mugi berkah sehat selaluBalas
*
On 13/11/2020 at 09:06 Triprianto soedjatmiko said: Matur nuwun kisatpam dan mbah Man atas wedaramnya yg super menghibur. Semoga dicatat sbg amalan yg soleh di sisinya.aamiin.Balas
*
On 13/11/2020 at 16:13 P. Satpamsaid:
Aamiin……
Balas
*
On 13/11/2020 at 21:57 Pak Breng Ronggo Lawe Pb01 said:tuuuuiiiiit
tuuuuuuiiiiit
tuuuuiiiiiiiiit
semboyan telok lemak kok belum ada tanda ” kehidupan yaaa. apa sengaja mau nileb pak breng yaaa…imi wes kiyer”sesehan..hiks..
ayooo ki.PS…
Balas
*
On 13/11/2020 at 22:14 P. Satpamsaid:
Wadoo……..
Bangun Pak Breng….. jangan ngelindur….. Sepur sudah sampai menoreh masih “ngendog” di gandok ini*
On 13/11/2020 at 22:16 P. Satpamsaid:
Ditunggu di gandok 28*
On 13/11/2020 at 11:24 Arif Usman said:Sudah selesai…..
Terima kasih banyak mbahman, p.satpam Ayooo pindaah gandok 28……..tuuuiitt
Balas
*
On 18/11/2020 at 16:14 Edwig's said: Matur suwun kagen mbah Man n P.SatpamBalas
*
On 25/11/2020 at 17:23 Gadang prihanto said: Dtunggu kelanjutannyaBalas
Komentar Lebih Lama TINGGALKAN BALASAN BATALKAN BALASAN Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:*
*
*
*
*
Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)Nama (wajib)
Situs Web
You are commenting using your WordPress.com account. ( Logout /Ubah )
You are commenting using your Google account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Twitter account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Facebook account. ( Logout /Ubah )
Batal
Connecting to %s
Beri tahu saya komentar baru melalui email. Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.*
NGINGUK GANDHOK
*
TOTAL KUNJUNGAN
* 8.032.506 kali
*
TAUTAN BLOG LAIN
Pelangi di Langit Singasari Api di Bukit Menoreh*
KOMENTAR
Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Prajurit Sandi padaSTSD-32
Rahardjo pada STSD-32 widiaxa pada STSD-32 prasetyoroem pada STSD-32 Angon raos pada STSD-32 Edy gambas pada STSD-32 Ki Subas pada STSD-32sisol pada STSD-32
sisol pada STSD-32
Araha pada STSD-32
P. Satpam pada STSD-32 P. Satpam pada STSD-32 P. Satpam pada STSD-32*
DAFTAR ISI
Pedang Sakti Tunggul Wulung Naga Siluman Sawer WulungSumpah Palapa
Manggala Majapahit Gajah KencanaDendam Empu Bharada
Halaman Unduh
Arya Manggada
Tembang Tantangan
Matahari Esok Pagi
Bende Mataram
Mencari Bende MataramBunga Ceplok Ungu
Mata Air di Bayangan Bukit Bunga di Batu karang 01-15 Bunga di Batu karang 16-28mbah_man
dongeng punakawan
Sawer Wulung
Cinta dan Tipu MuslihatDendam Kesumat
Menebus Dosa
Terbentur Nasib
Ki Ageng Ringin Putih RSS 2.0 Comments RSS 2.0| Tema:
Quentin.
Surel (Wajib) Nama (Wajib) Situs webMemuat Komentar...
Komentar
×
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie %d blogger menyukai ini:* IkutiMengikuti
* Gagakseta-2
*
Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.*
* Gagakseta-2
* Sesuaikan
* IkutiMengikuti
* Daftar
* Masuk
* Salin shortlink
* Laporkan isi ini
* Kelola langganan
* Ciutkan bilah ini
Details
Copyright © 2024 ArchiveBay.com. All rights reserved. Terms of Use | Privacy Policy | DMCA | 2021 | Feedback | Advertising | RSS 2.0